PUISI 

Membunuh Pagi

Puisi-puisi: Akhmad Idris _______________________________________________________________

 

SAJAK UNTUK SAPARDI

Abadi, Mati, dan Pergi.
Adalah sekumpulan kata-kata tak bermakna yang menjadi surga di hadapan tangan-mu.

Sementara waktu, buku, dan rindu adalah rentetan kejadian di pasar loak yang perlahan membeku di musim panas.

Di pojok gang sempit,
Duka dan luka-mu dipungut remaja-remaja tanggung yang mudah menangis dan mengemis.

Sedang di dunia maya,
Berjibun siluet wajahmu dengan barisan kata duka, padal tak pernah membaca.

Apanya yang duka?
Sedang kau bahagia di sana.

Jember, 20 Juli 2021

 

Perempuan yang Dipeluk Hujan

Tetes gerimis menyukaimu,
mengelilingimu.
Sial, aku iri!

Ingin kutantang gerimis, membuatnya menangis, menyeretnya ke hadapan-mu, hingga kau membisu.
Sial, mana ada gerimis menangis!

Jika hujan membuat-mu nyaman, maka kurelakan setiap detik-ku di musim hujan untuk menebus detik-mu di musim kemarau. Hingga kau berteriak kedinginan dan aku menawarkan kehangatan.

Kalibaru, 20 Juli 2021

 

Membunuh Pagi

Aku takut,
Ditunggu pagi yang diam-diam mengintai tidurku untuk merapuhkanku esok hari dengan harapan semu.

Banyak yang bilang pagi itu cerah, kata siapa?
Kelalawar pun muak dengan seberkas sinarnya!
Para pekerja lusuh berimajinasi tentang pemilik modal dan dunia kapital.

Aku mulai menyusun rencana.

Saat pagi menyambutku, kututup mulutnya; kucekik lehernya; hingga ia sekarat.

Lalu, pagi menghilang; tak pernah datang; hanya malam yang berterus terang.

Saat itu, penjahat akan terus bersembunyi hingga ia lelah sendiri, sebab pagi tak kunjung kembali.

Kalisat, 20 Juli 2021

 

Kematian

Aku seorang anak,
yang mengeja sore,
menanti malam,
memimpi dewasa,
dalam dentang yang menjerat,
berkoar tentang kreasi & inovasi,
tetiba menjadi tua,
mengiba kenangan.

Dan ia datang: gabungan huruf terakhir di setiap barisan.

Surabaya, 20 Agustus 2021

 

Akhmad Idris, lulusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, lahir 1 Februari 1994. Saat ini menjadi seorang dosen bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa dan Sastra Satya Widya Surabaya.
Beberapa puisi pernah dimuat di media cetak; Harian Riau Pos, BMR Fox, dll.
Beberapa esai ringan tentang isu-isu pendidikan, sosial, dan budaya juga dimuat di beberapa media cetak seperti Harian Surya, Kompas, Harian Fajar, Radar Bromo, Rakyat Sumbar, Harian BMR Fox, Harian Sultra, New Malang Pos, dan beberapa platform digital.
Selain menulis, Ia juga sering mengisi beberapa kepelatihan Jurnalistik.

Related posts

Leave a Comment

twelve − 12 =